S
|
etiap orang
memiliki cara belajar yang lama kelamaan
menjadi kebiasaan belajar dan melembaga menjadi
budaya belajar. Dari hasil identifikasi terhadap 40 siswa dalam satu rombongan
belajar pada sebuah sekolah menengah
atas, menunjukkan adanya keragaman kebiasan belajar yang dilakukan siswa setelah
mereka selesai mengikuti belajar di kelas bersama guru. Kebanyakan siswa menyatakan
bahwa belajar sering dilakukan sambil
mendengarkan musik; dalam jumlah yang hampir sama menyatakan bahwa belajar dilakukan dalam kondisi dan situasi yang
tenang serta tidak berisik; sebagian lagi menyebutkan bahwa belajar dilakukan
sambil makan makanan kecil; dan sebagian kecil lagi menyebutkan belajar dilakukan bersama teman untuk melalui belajar
bersama.
Dalam kaitannya
dengan usaha untuk memperkuat pemahaman
terhadap isi bahan belajar dinyatakan
oleh sebagian besar siswa yang tidak pernah mendiskusikan atau menanyakan
lagi kepada guru, teman atau keluarga di
rumah; dan sebagian kecil yang mencatat bagian-bagian yang sulit dipahami lalu menanyakannya kepada teman lain atau kepada
guru. Kebanyak siswa menyatakan bahwa
belajar dengan cara menyelesaikan
latihan untuk bagian-bagian tertentu, lebih banyak dipilih dibanding dengan
membaca keseluruhan bahan belajar.
Dalam kaitannya
dengan waktu belajar yang paling tepat dipilih untuk melangsukan kegiatan
belajar dinyatakan oleh sebagian besar siswa
pada saat akan mengikuti tes,
atau pada saat menyelesaikan tugas
latihan Lembar Kerja Siswa (LKS); dan
sedikit sekali yang menyatakan kegiatan belajar berlangsung secara rutin
setelah dipelajari di kelas. Waktu yang paling tepat dilakukan untuk melangsungkan
kegiatan belajar kebanyakan dipilih pada saat malam hari, dan sedikit sekali
yang menyatakan pagi hari; di samping itu terdapat siswa yang menyatakan kapan saja setiap ada
kesempatan untuk belajar.
Kegiatan belajar
yang biasa dilakukan oleh mereka kebanyakan didasarkan atas anjuran dari orang
tua, dan sedikit sekali yang menyatakan bahwa belajar murni dari keinginan diri sendiri. Mereka
menyatakan bahwa adakalanya kegiatan belajar tidak berlangsung akibat dari
adanya keinginan untuk main, atau diajak main oleh teman.
Gambaran tingkah
laku belajar di atas dimungkinkan berbeda manakala diulang lagi ditanyakan kepada
siswa-siswa tersebut, atau ditanyakan kepada siswa-siswa lain pada rombongan
belajar yang berbeda. Karena tingkah laku belajar pada diri seseorang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang ada dalam diri atau lingkungannya. Perbedaan faktor
yang mempengaruhi memiliki akibat adanya kecenderungan melahirkan gejala tingkah
laku belajar yang berragam.
Respon dari
setiap pihak terhadap gambaran tingkah laku belajar siswa di atas akan
menghasilkan tanggapan yang berragam. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan
informasi gejala tingkah laku siswa tersebut adalah guru, orang tua, ahli
pendidikan, dan masyakat yang memiliki fokus perhatian terhadap pendidikan.
Namun pada hakekatnya bahwa gejala tingkah laku belajar di atas sangat
bermanfaat untuk guru dalam merancang, melaksanakan, mereviu, dan memperbaiki
penyelenggaraan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga dapat membelajarkan
siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang maksimal. Walaupun tingkah laku
belajar tersebut baru satu aspek dari komponen
pada sistem pembelajaran, masih terdapat komponen-komponen sistem
pembelajaran lainnya yang tidak kalah pentingnya di banding tingkah laku belajar
tersebut, seperti kondisi aspek-aspek pada instrumental input, environmental
input, learning process dan output perolehan hasil belajar.
Gambaran kondisi
tingkah laku belajar ini pun sangat bermanfaat untuk dijadikan bahan kajian para
ahli pendidikan, sehingga dapat dianalisis berdasarkan teori belajar yang ada
dan dicarikan solusi bahan masukan
kepada guru yang mengelola kegiatan belajar. Bagi orang tua siswa, gambaran kecenderungan
tingkah laku belajar putra/putrinya tersebut sebagai informasi yang sangat
bermanfaat untuk membantu memperkuat
kegiatan belajar putra/putrinya.
Paradigma pembelajaran yang beralih dari guru yang mentranfer pengetahuan menjadi bagaimana guru membuat siswa belajar membutuhkan upaya guru mendesain pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa. Pada kelas klasikal yang memiliki jumlah siswa yang cukup banyak memiliki keragaman yang berbeda dengan karakteristik siswa yang berbeda pula setiap individu, banyak faktor yang mempengaruhi dan memotivasi siswa untuk belajar, baik itu faktor internal maupun eksternal. Faktor faktor tersebut dapat kita gali untuk meningkatkan hasrat dan motivasi siswa untuk belajar dengan merancang pembelajran semenarik mungkin, baik itu pemilihan metode yang sesuai dan juga pemilihan media yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Dengan miningkatnya motivasi siswa untuk belajar diharapkan dapat meningkatkan pula hasil belajar siswa tersebut yang berdampak pada peningkatan kwalitas pendidikan.
BalasHapus-gigant-
BalasHapuskalau saya lebih berpendapat ke mindset awal orangtua karena pembelajaran apapun akan tetap berasal dari rumah.
orangtua sebagai pembuat pola pikir awal dari seorang peserta didik menentukan langkah awal dari peserta didik tersebut ketika pemikiran ini dimiliki oleh lebih dari satu orang dan mereka berkomunikasi dan mengiyakan maka ini menjadi sebuah sistem berpikir yang bisa dikatakan menjadi baku. mungkin untuk di negara maju pemikiran sudah pada minat bakat yang dimiliki peserta didik, sedangkan kita negara berkembang beberapa ahli kita masih memilah mana yang baik dan mana yang pantas diterapkan di Indonesia.
ketika orangtua beranggapan pendidikan itu adalah proses yang hanya dilalui anak selama mereka menempuh jenjang sd, smp dan sma serta perkuliahan maka orangtua akan terjebak dengan pemikiran "kurung batok" dari belajar. karena belajar itu sendiri merupakan segala hal yang dialami siswa yang pada akhirnya dapat merubah siswa dari tau menjadi tidak tahu, dari belum mengerti menjadi lebih mengerti serta dari belum bisa menjadi bisa dan lebih bisa lagi. sehingga dari statement yang saya ungkapkan sebelum kalimat ini menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak hanya dilalui anak di meja sekolah, tidak juga dengan menghapal sebelum ujian.
tapi mungkin seperti apa yang bapak utarakan dalam pertemuan hari ini saya harus lebih banyak membaca lagi mengenai makna belajar itu sendiri.
Tingkah laku belajar merupakan salah satu kebiasaan yang pada akhirya menjadi sebuah strategi bagi siswa dalam proses belajar. Tingkah laku belajar juga dipengaruhi oleh faktor hobi/minat siswa, serta faktor kepribadian psikologis siswa. Bagi siswa yang hobi terhadap musik kemungkinan dalam tingkah laku belajarnya akan lebih mudah memahami pelajaran jika menggunakan musik. Bagi siswa yang hobi di bidang sastra, mungin dalam proses belajarnya akan sering membuat catatan catatan kecil maupun peta konsep atau ringkasan materi dalam bentuk bahasanya sendiri agar lebih mudah dipahami. Apabia dikaitkan dengan kepribadian psikologis siswa, bagi siswa yang bertipe individualis, mungkin tingkah laku belajarnya akan lebih cenderung pada belajar mandiri dengan suasana yang hening. Namun bagi siswa yang bertipe sosialis, mungkin akan lebih senang dan lebih mudah memahami pelajaran apabila belajar secara bersama melalui sharing informasi dengan berdiskusi. Untuk lebih jelasnya keterkaitan antara minat dan kepribadian siswa dengan tingkah laku belajar, diperlukan suatu penelitian lanjutan.
BalasHapusInilah bukti bahwa guru harus memiliki kompetensi pedagogik yang baik khususnya dalam hal mengelola kelas. Kelas harus dikelola dengan sebaik mungkin sehingga tercipta keseimbangan motivasi belajar siswa. Diperlukan juga adanya kemampuan guru dalam memilih metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam belajar.
BalasHapusBetul sekali Prof, setiap anak mempunyai tingkah laku belajar nya sendiri, dan guru sebagai sumber belajar harus pintar2 memilih strategi pembelajaran apa yg cocok untuk mereka. dan ini diperlukan keahlian yang harus terus diasah. Sangat dirasakan oleh saya sendiri, baik sebagai pendidik di kelas ataupun sebagai orangtua, "membaca" tingkah laku belajar anak dan bagaimana menghadapinya, susah2 gampang (banyak susahnya... hehe). Betul kata Prof, tidak bisa memukul rata disamakan semua ya Prof... blog nya sangat berguna untuk saya khususnya Prof... terimakasih
BalasHapusBismillah...
BalasHapusJika saya ditanya tentang gaya belajar, maka saya akan menjawab: 'gaya belajar saya modifikasi'.
Mengapa?
Ketika memiliki banyak waktu untuk belajar, maka gaya belajar yang digunakan adalah membaca keseluruhan materi.
Ketika waktu yang ada hanya sedikit, maka saya akan membaca yang inti-intinya saja :D
namun adakalanya ketika mempunyai waktu banyak namun moody untuk membaca secara keseluruhan itu kurang, maka saya akan membuat pointer dari materi yang ada.
Nah, dari pengalaman pribadi saya dapat disimpulkan bahwa satu gaya belajar itu sebetulnya tidak melulu dilakukan oleh satu individu. melainkan dapat di re-change bahkan dikolaborasikan antara satu gaya belajar dengan gaya belajar yang lain.
selain pemaparan yang jelas dan fokus tentang gaya belajar di atas, mungkin masih banyak gaya belajar yang lain yang belum terdeteksi.
gaya belajar itu cenderung menjadi sebuah ciri belajarnya seseorang. Misal, tipe belajar auditori. meskipun gaya belajarnya sama, namun bisa saja pelaksanaannya berbeda. misal A dengan menggunakan gaya belajar auditori dibantu Radio. Namun B karena sudah ada perkembangan dari radio, maka gaya belajar auditori dibantu dengan radio streaming.
^_^
Assalamualaikum prof.
BalasHapusberbicara masalah tingkah laku, komplex memang. ada yang bisa belajar dengan diiringi musik, ada yang harus tenang, ada hanya bisa belajar 1 jam perhari bahkan ada yang hanya mengandalkan apa yang telah disampaikan guru dikelas saja.
banyak hal yang bisa dipertimbangkan seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan lainnya. maka dari itu seorang guru sudah semestinya berkompeten untuk mengelola peserta didiknya baik itu suasana kelas, bahan ajar, dan juga psikologi anak. guru yang kompeten tentunya merupakan guru yang memang ditempah sedemikian rupa dengan segala pembelakan yang baik pada suatu institusi pendidikan.